Sistem
Pendidikan Australia dan Indonesia sangat berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan
karena beberapa faktor, antara lain: Sistem Pemerintahan, Tujuan Nasional
Pendidikan, kondisi geografis, nilai yang dianut (termasuk agama dan
keyakinan), serta harapan dari dunia pendidikan. Australia adalah negera
federasi yang terdiri 7 negara bagian dan capital Territory, Canberra. Setiap
negara memiliki sistem pendidikan sendiri mulai dari TK - SMA hingga PT. Pendidikan
mulai dari TK - SMA menggunakan kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem
spiral.
Setiap negara
bagian memiliki kurikulum yang berbeda dengan tetap memasukkan muatan kurikulum
nasional yang ditetapkan oleh pemerintah federasi.. Muatan pokok kurikulum
mulai dari SD - SMA hanya berisi maksimum 8 mata pelajaran seperti Maths,
Science, Technology, Language (English), History, Civics, Sport, & elective
studies (pilihan). Pilihannya boleh bahasa lain misalnya bhs Indonesia, China,
France, German... dst. Isi kurikulum tersebut bersifat spiral artinya pokok
bahasan yang sama disajikan di semua tingkatan kelas, tetapi cakupan dan
kedalamannya berbeda. Contoh, bidang sains misalanya. Sejak kelas 1 SD anak-anak belajar tentang air. Konsep ini akan terus meraka pelajari hingga kelas 6. Tetapi cakupan dan kedalaman materianya beda. Guru di kelas akan memantau
perkembangan anak dan penguasaannya tentang materi air tersebut, lalu
menuliskannya dalam progress mereka.
Model,
Strategi serta metode pembelajaran disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. Sekolah adalah tempat anak belajar, berlatih dan bekerja dari jam 8 pagi
hingga jam 3 sore. Anak-anak tidak membawa PR ke rumah. PR pada umumnya adalah
persiapan untuk proyek siswa. misalnya besok mereka akan mempelajari
sistem reproduksi hewan di salah satu peternakan yang sudah disiapkan guru. Malamnya mereka membuat planning sesuai arahan guru di sekolah. Seluruh tugas
belajar harus selesai di sekolah hari itu juga dan karena itu anak-anak harus
menuliskan jurnal mereka jam pertama sampai jam terakhir. Guru membaca
jurnal tersebut sebelum pulang ke rumah dan memberi catatan tentunya.
Semua mata
pelajaran diperlakukan sama. Setiap hari anak-anak hanya belajar 2 atau 3 mata
pelajaran saja. Dari jam 8 pagi hingga jam 3 sore. Banyak
istirahat tentunya.
Mereka
mengenal guru kelas dan guru bidang studi. Guru kelas untuk bidang-bidang selain
Matematika, Sains dan Bahasa. Dari kelas 1 SD hingga kelas 6 SD. Tidak ada
ujian tengah semester atau akhir semester.
Penilaian
hasil belajar siswa dari proses dan produk. Tapi tidak diterjemahkan ke
dalam angka atau huruf. Raport mereka bersifat deskripsi. Guru kelas meminta
guru lain (matematika, sains, bahasa) untuk menyerahkan rekaman hasil belajar
anak untuk dikompilasi oleh guru kelas. Lalu menjadi rapor anak. Bisa
sampai 20 - 30 hal per semester.
Bila anak itu
sudah berada di kelas V misalnya, tetapi masih ada konsep matematika yang lemah
di kelas IV maka guru matematika kelas V tetap memberikan pelayanan materi
kelas IV sampai anak itu benar-benar tuntas. Mereka menganut prinsip tidak ada
anak yang ditinggalkan di belakang. Jadi sekalipun dia kelas VI bisa saja
materi pelajarannya sebagian adalah materi kelas V. Disinilah guru berperan
merubah metode atau pendekatannya sehingga anak yang ketinggalan segera bisa
mengejar teman-temannya. Dalam hal ini, biasanya guru menambah jam belajar anak-anak yg
ketinggalan selama 30 menit. Sistem ini terus berlangsung hingga SMP dan SMA. Tetapi di SMP dan SMA anak-anak sudah memperoleh nilai A,B,C,D. Siswa SMP
yang cepat bisa mengambil mata pelajaran lanjutan di SMA dan siswa SMA yang
mampu menyelesaikan mata pelajaran tertentu dapat melanjutkan mengambil mata
kuliah di universitas yang mereka pilih. Tentu di kota itu juga. Inilah yang
disebut Maju Berkelanjutan atau Self Pace .
Tentang guru, Guru yang paling lama pendidikannya adalah guru TK dan SD. Sebab mereka
harus sarjana pendidikan terlebih dahulu. Lalu mengambil mata kuliah khusus
seperti Linguistik, Matematika, Sains, Keterampilan Personal seperti menari,
menyanyi, olah raga termasuk renang, dsb. Untuk guru SMP atau SMA, mereka adalah sarjana bidang tertentu selama 4 tahun. Lalu mengambil mata kuliah
keguruan (pedagogik) selama 1 tahun. Guru hanya diangkat oleh pemerintah
bila ada rekomendasi dari ketua program sarjana dan keguruannya. Bukan tes
tertulis seperti di Indonesia. Maka, bila ada guru yang kualitasnya kurang,
sekolah akan mengirimnya kembali ke program studinya untuk dilatih.
Guru akan
kembali berada di universitas sampai ketua program mengeluarkan surat
rekomendasi kembali. Selanjutnya guru akan dimonitor oleh tim penjamin mutu
dari pihak luar sekolah. Bila ada guru yang telah 2 kali dikembalikan ke
universitas atas permintaan kepala sekolah. Maka guru tersebut akan diberhentikan
untuk sementara atau tetap dan mengambil profesi lain. Karena itu Jurusan
atau Program Studi benar-benar mengawasi kualitas lulusan mereka yang akan bekerja
sebagai guru dan mempersiapkan materi lanjutan bila ada guru yang
bermasalah. Kepala sekolah dan ketua program studi benar-benar bekerja sama
untuk memantau kualitas guru yang mereka rekomendasikan.
Pada umumnya guru senior di SD, SMP, dan SMA adalah dosen di PT untuk mempersiapkan
guru berikutnya. Walaupun mereka bukan Dosen tetap, tetapi pengalaman mereka
sebagai guru yang tidak dimiliki dosen, itu yang dinilai. Guru senior tersebut bila mereka telah berada di sekolah selama 10 tahun atau lebih dan memiliki
reputasi sebagai guru yang baik. Guru senior dan dosen di kampus itulah yang
mengembangkan berbagai model, strategi, metode atau pendekatan pembelajaran
untuk diujicobakan di kelas-kelas atau sekolah tertentu.
Guru di
Australia mulai dari guru SD, SMP atau SMA ketika diangkat menerima gaji
sekitar 3000 dollar/bulan atau setara 30 juta rupiah. Guru senior bisa
mencapai 4000 - 5000 dollar per bulan diluar tunjangan yang dihitung berdasarkan prestasi kerja. Karena prosentasenya dihitung setiap bulan oktober tahun berjalan.
Fasilitas
sekolah sangat lengkap. Makin baru sekolah itu makin lengkap sarananya. Tapi biasanya sekolah tua memiliki kelebihan sendiri karena guru-gurunya yang
sangat berpengalaman.
Bagaimana
dengan dinas pendidikan? Guru adalah penanggujawab penuh prestasi dan kinerja
guru. Kenaikan gaji dsb ditentukan oleh kepala sekolah. Dinas pendidikan
hanya memberikan keputusan akhir akan dokumen yang diserahkan kepala sekolah. Karena itu, guru amat segan dan hormat kepada kepala
sekolahnya. Makanya mereka disebut Principal. Kurikulum
pendidikan dikerjakan oleh tim yang dibentuk pemerintah negara bagian yang
terdiri dari akademisi, guru, dan wakil pemerintah.
Sekolah di
Australia gratis kecuali sekolah swasta berbasis keagamaan seperti sekolah
Islam, Katolik dsb. Orang tua biasanya diminta membantu sekolah jika ada
kebutuhan yang mendesak. Misalnya sekolah ingin menambah bus sekolah atau
mengganti yang sudah tua. Orang tua diminta membuat acara bazar lalu menawarkan
bantuan untuk sekolah. Bazarnya bisa 2 - 3 kali sampai dananya cukup.
misalnya harga bus 50.000 dollar.
Selain itu, buku-buku yang dipakai siswa tersedia di perpustakaan dan dapat dibawa pulang
selama 1 semester. Buku yg perlu dibeli dibuat daftarnya oleh guru kelas dan
disediakan di toko yang sudah ditunjuk. Buku-buku tersebut umumnya bersifat bacaan
tambahan serta buku kerja untuk siswa, bukan buku teks. Mereka tdk menjual
LKS karena setiap buku berisi LKS. Guru tinggal menyediakan LKS di kelas
sejumlah siswa. Setiap sekolah dilengkapi dengan mesin foto copy dan guru
menggandakan materi pelajaran sesuai dengan kebutuhannya setiap hari. Diakhir semester, siswa membundel LKS mereka untuk diserahkan kepada guru
sebagai dokumen portofolio mereka.
Portofolio itu
kebanggaan siswa dan dibawa pulang setelah diberi bintang oleh guru. Bahkan
setiap hari siswa membawa bintang pulang ke rumah. Bisa 1, 2, 3 dst
tergantung kualitas dia pada hari itu. Siswa akan merasa sedih jika guru
tdk memberinya bintang pada hari itu.
Sistem
Pendidikan Nasional kita masih menganut prinsip sentralisasi. Artinya semua kebijakan pendidikan yang ditetapkan pemerintah berlaku sama untuk anak
bangsa dimanapun berada. Kurikulum Nasional kita belum mempertimbangkan
keunikan wilayah, budaya, dan harapan pendidikan secara lokal. Kita ingin semua
anak Indonesia belajar hal yang sama. Anak-anak Jakarta belajar mata pelajaran yang
persis sama dengan anak-anak Papua. Akibatnya, anak-anak Papua tidak tertarik atau
termotivasi.
Materi ajar
kita dibuat seragam. Kualitas guru serta semua kompetensinya harus sama. Maka, guru yang berada di lokasi dimana informasi mudah mereka dapatkan akan berbeda
dengan guru di tempat dimana informasi lambat. Sekolah di pelosok
terseok-seok mengikuti kualitas sekolah dengan fasilitas yang lengkap dan mewah
di kota. Tetapi pemerintah ingin agar hasilnya sama. Dampak terburuknya
adalah sekolah di Indonesia selama bertahun-tahun mengejar nilai statistik dengan
berbagai slogan. Mulai dari standar nasional hingga sekolah unggul dan
sekolah model. Harapan orang tua, anak, guru dan sekolah adalah nilai yang
baik untuk semua mata pelajaran. Tidak peduli bagaiamana caranya.
Sistem
pendidikan di Indonesia berada dalam ranah politik. Ganti menteri ganti kebijakan. Beda dengan negara maju seperti Finlandia atau
Australia, Singapore, Jepang dsb yang bersifat independen dari campur tangan
pemerintah secara menyeluruh. Departemen Pendidikan kita adalah lahan empuk
untuk para politisi . Karena itu mulai dari A - Z dibawa kendali
pemerintah .
Anak-anak kita adalah anak-anak yang matang sebelum waktunya. Maka ketika menghadapi tantangan yang berbeda mereka sulit menyesuaikan diri. Negeri kita sulit melepaskan diri dari kelemahan yang kita rasakan sekarang.
Anak-anak kita adalah anak-anak yang matang sebelum waktunya. Maka ketika menghadapi tantangan yang berbeda mereka sulit menyesuaikan diri. Negeri kita sulit melepaskan diri dari kelemahan yang kita rasakan sekarang.
Pendidikan di
PT kita juga masih menganut prinsip lepaskan dan biarkan lulusan itu tumbuh
dengan sendirinya. Karena itu perhatian utama pendidikan belum pada kualitas
tapi masih pada kuantitas lulusannya. Program sertifikasi guru adalah cara
paling mudah untuk mencari alasan legal memberikan tunjangan sertifikasi kepada
guru. Pendidikan profesi guru hendaknya dimulai dari muara bukan di hulu. Rekomendasi
bahwa seorang calon guru harus dari tempat dimana dia dididik dan di lokasi
mana guru tersbut dilatih.
Pendidikan di
Indonesia seharusnya bisa sangat baik. Jika kesadaran kolektifnya ada negara
seperti jepang dan korea.. Sejak awal menetapkan pendidikan sebagai primadona
pembangunan. Karena itu mereka secara kolektif bersepakat untuk memaksimalkan
seluruh energi terbaik bangsanya ke arah itu. Penerimaan Mahasiswa LPTK
pencetak guru seharusnya dilakukan tes psikologi apakah dia layak untuk jadi
guru atau tidak. Itu juga tidak dapat dilakukan secara sempurna. Penerimaan mahasiswa kita tidak semuanya melewati saringan seperti itu. Sebagian
tanpa saringan sama sekali.
Faktor
terakhir yang membedakan pendidikan kita dengan Australia adalah lingkungan dan
budaya. Maksud saya adalah Australia adalah negara yang menetapkan semua mall
dan supermarket hanya buka dari jam 8 hingga jam 5 sore. Malam tutup. Sabtu dan
Minggu semua supermarket tutup. Maka jangan harap ada anak-anak dan remaja
berkeliaran di malam hari. Belanda bahkan mematikan lampu jalan jam 9 malam.
Hanya restoran yang buka hingga jam 11 malam.
Kedua. Pekerjaan di negara maju relevan dengan kualifikasi pendidikan mereka dan itu secara otomatis. Artinya jika kualifikasi pendidikannya rendah, sulit baginya untuk menempati pekerjaan itu.
ketiga. Pemerintah menetapkan keadaan darurat bila kualitas pendidikan di satu wilayah menurun.
keempat. Pemerintah di Austalia menjadi pendidikan sebagai aset utama negerinya..maka jangan heran jika mereka menyediakan ribuan beasiswa untuk belajar disana. Dampak panjangnya adalah ilmu dan teknologi tumbuh pesat karena mahasiswa asing yang secara sengaja dilatih utk menemukan dan mengembangkan ilmu itu.
Kedua. Pekerjaan di negara maju relevan dengan kualifikasi pendidikan mereka dan itu secara otomatis. Artinya jika kualifikasi pendidikannya rendah, sulit baginya untuk menempati pekerjaan itu.
ketiga. Pemerintah menetapkan keadaan darurat bila kualitas pendidikan di satu wilayah menurun.
keempat. Pemerintah di Austalia menjadi pendidikan sebagai aset utama negerinya..maka jangan heran jika mereka menyediakan ribuan beasiswa untuk belajar disana. Dampak panjangnya adalah ilmu dan teknologi tumbuh pesat karena mahasiswa asing yang secara sengaja dilatih utk menemukan dan mengembangkan ilmu itu.
Sebagai
contoh. Tema Ph. D saya adalah geopolymer. Bidang itu mulai dikenal di Australia
awal tahun 2000. Dewasa ini, ada 4 perusahaan besar Australia yang sudah
menjadikan geopolymer sebagai industri besar mereka. Mulai dari jalan raya,
bangunan kampus, bandara, museum sampai teknologi tinggi. Saya pulang ke
Indonesia dengan pengetahuan yang sulit diterapkan karena sistem yang tidak terbangun.
Cerdas dan
licik, karena mereka menyiapkan terlebih dahulu bidang yang menjadi
persaingan dunia. Kita menyadari itu sejak dini, persoalan kita adalah
penyediaan universitas yang mampu bersaing dengan universitas dan sumber daya
mereka. Karena masalah ini sebenarnya adalah masalah investasi untuk menjadikannya
aset.
Bagaimana
dengan biaya penelitian? contoh gampang, seorang Dosen di Aussie memperoleh dana penelitian per tahun minimal 20.000 dollar. Artinya hampir 2
milyar rupiah. Di Indonesia, dana tertinggi yang mungkin disediakan
pemerintah adalah 250.000 rupiah. Maka tidak mungkin kita mampu bersaing.
Malaysia dari
aspek riset dan publikasi jauh di atas kita. Mereka menyediakan beasiswa
besar-besaran untuk putra/putri terbaik Indonesia. Mereka mendapat ilmu dan
teknloginya.
Apa Perguruan Tinggi di
Indonesia tidak mencari sponsorship dari dunia Industri? Ada juga tapi
terbatas karena R&D kita masih belum berjalan dengan baik. Pihak
industri belum yakin akan kualitas penelitian kita. Karena itu mereka
membeli paten dari luar negeri.
Tgl 22 - 25
Jan 2017, 4 dosen dari Malaysia menjadi tamu MIPA. Saya mengundang mereka untuk
bicara dihadapan mahasiswa dan dosen. Tujuan utamanya belajar dari pengalaman
kolektif mereka.
Terakhir, Negara maju mengukur kemajuan bangsanya dari perbandingan pekerja profesional
dengan pekerja kasar. Artinya, penduduk asli negeri itu harus lebih banyak
menempati posisi strategis daripada penduduk pendatang. Karena itu mereka
mempersilakan pekerja kasar masuk ke negeri mereka dan mendorong putra putri
terbaik mereka memegan posisi strategis.
Seharusnya
kita bisa seperti Malaysia. Silakan pekerja kasar dari Indonesia masuk. Level pembantu rumah tangga hingga dosen. Tetapi industri strategis mereka
tetap dibawah kendali anak-anak bangsanya.
sumber gambar : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhr8K8sY44falUyQ49eWmQzVtrGiM3Mw2fXywyc9yqGv6jDDHN3vkJiLrTQ2PHpLXumLIni-HDk5PMjWr4zzpL91oDnpL_HkmdFmUNZlpIyINfsMvCaqFkqQ4cdkrrqfp68qhFF7IsBX8Q/s1600/australia+2.jpg
SUMBER : Kuliah Online Fisika di grup Telegram "Physics Online Course" Alumni UNM yang di bawakan oleh Ayahanda Bapak Prof. Subaer, M.Phil, Ph.D, pada Hari Kamis, 12 Januari 2017 Pukul 20.00-23.30 Wita...
No comments:
Post a Comment